Ditolak Nikahi Putri Raja Sunda, Hayam Wuruk Jadi Tukang Blusukan Majapahit!

X
Share

Kisah tentang raja besar Majapahit, Hayam Wuruk, tak hanya dikenal lewat prestasi politik dan kemajuan kerajaan yang dipimpinnya. Ada satu momen yang cukup menarik dan bisa dibilang sedikit kocak dalam sejarahnya: kegagalannya menikahi putri Raja Sunda yang membuatnya semakin rajin “blusukan” ke seluruh penjuru Majapahit.

Ditolak Nikahi Putri Raja Sunda, Hayam Wuruk Jadi Tukang Blusukan Majapahit

Pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit, Maharaja Hayam Wuruk dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana dan dihormati. Di bawah pemerintahannya, Majapahit mencapai puncak kejayaan dan menjadi salah satu kerajaan terbesar di Nusantara. Namun, ada satu peristiwa yang menjadi catatan kelam dalam hidup sang raja dan sejarah hubungan antar kerajaan, yaitu penolakan lamaran pernikahan dengan Putri Dyah Pitaloka Citraresmi dari Kerajaan Sunda.

Peristiwa di Bubat

Lamaran pernikahan antara Hayam Wuruk dan Dyah Pitaloka awalnya dimaksudkan sebagai upaya diplomasi untuk mempererat hubungan kedua kerajaan besar. Gajah Mada, sang Mahapatih yang terkenal dengan Sumpah Palapa-nya, memiliki pandangan strategis bahwa pernikahan ini akan memperkuat kekuasaan Majapahit di seluruh Nusantara.

Namun, rencana itu berakhir tragis dengan terjadinya insiden di Lapangan Bubat. Para utusan Kerajaan Sunda yang mengawal Dyah Pitaloka merasa terhina karena dianggap tidak dihormati sebagaimana mestinya. Konflik ini memicu pertempuran yang menelan banyak korban jiwa, termasuk Putri Dyah Pitaloka yang memilih mati demi menjaga kehormatan.

Dampak bagi Hayam Wuruk

Penolakan dan tragedi di Bubat meninggalkan luka mendalam bagi Hayam Wuruk. Sebagai seorang raja, ia tidak hanya menghadapi kesedihan pribadi tetapi juga tekanan politik serta pandangan masyarakat yang memandang peristiwa ini sebagai noda dalam sejarah Majapahit.

Namun, alih-alih terpuruk, Hayam Wuruk memutuskan untuk menyalurkan energinya dengan cara yang berbeda. Ia mulai melakukan blusukan — sebuah istilah yang merujuk pada kunjungan langsung ke berbagai wilayah kerajaan untuk melihat dan mendengar langsung kebutuhan rakyatnya.

Blusukan Sang Raja

Dengan menyamar sebagai rakyat biasa, Hayam Wuruk mengunjungi desa-desa terpencil di Majapahit. Ia berbicara dengan petani, pedagang, dan nelayan untuk memahami masalah yang mereka hadapi. Dari perjalanan-perjalanan ini, Hayam Wuruk mendapatkan wawasan berharga yang kemudian ia gunakan untuk memperbaiki kebijakan kerajaan.

Beberapa kebijakan penting yang lahir dari hasil blusukan ini antara lain perbaikan sistem irigasi, pengurangan pajak bagi petani kecil, serta penambahan pasukan penjaga di wilayah yang rawan gangguan keamanan. Kebijakan-kebijakan ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan rakyat tetapi juga memperkuat stabilitas Majapahit.

Warisan Hayam Wuruk

Blusukan yang dilakukan Hayam Wuruk menjadi simbol kepemimpinan yang dekat dengan rakyat. Meskipun ia pernah mengalami kegagalan dalam cinta dan diplomasi, dedikasinya untuk rakyat Majapahit tetap dikenang sepanjang masa.

Kisah ini mengajarkan bahwa seorang pemimpin sejati tidak diukur dari keberhasilan dalam meraih ambisi pribadi, tetapi dari sejauh mana ia mampu membawa kesejahteraan dan kebahagiaan bagi rakyatnya. Dari seorang raja yang hatinya terluka, Hayam Wuruk menjelma menjadi pemimpin yang dicintai dan dihormati seluruh rakyat Majapahit.