PSSI Hentikan Kursus Coach Educator Lisensi D, Kualitas Pelatih Terancam?

X
Share

Dalam langkah yang mengejutkan banyak pihak, PSSI dikabarkan menghentikan sementara pelaksanaan kursus Coach Educator Lisensi D yang selama ini dianggap sebagai salah satu upaya strategis meningkatkan kualitas pelatih sepak bola di Indonesia.

Dampak bagi Pengembangan Sepak Bola Nasional

Selama ini, kursus Coach Educator Lisensi D telah menjadi fondasi penting dalam mencetak pelatih-pelatih berkualitas yang mampu mengembangkan talenta muda sejak usia dini. Dengan penghentian program ini, banyak pihak khawatir bahwa proses pembinaan sepak bola di akar rumput akan terganggu.

“Ini keputusan yang cukup berat bagi perkembangan sepak bola nasional. Padahal, pelatih-pelatih dari kursus ini memiliki peran krusial dalam pembentukan pemain muda di berbagai daerah,” ungkap salah satu pengamat sepak bola nasional.

Langkah Strategis yang Terhenti

Sebelumnya, PSSI bersama LPDUK Kemenpora dan FIFA World Cup U17 Indonesia 2023 Legacy Programme telah memiliki target ambisius untuk mencetak 400 coach educator baru hingga akhir 2025. Program ini dirancang agar pelatih-pelatih dapat mengajarkan kurikulum Filanesia, yang merupakan standar pengembangan sepak bola nasional.

Program ini telah berlangsung di Bali, Jawa Timur, Bogor, dan Padang pada 28 Januari–3 Februari 2025. Wakil Ketua Umum PSSI, Ratu Tisha, menjelaskan bahwa program tersebut merupakan bagian dari inisiatif strategis PSSI bersama LPDUK Kemenpora dan FIFA World Cup U17 Indonesia 2023 Legacy Programme.

“Ini adalah program PSSI untuk memperbanyak dan mempercepat pelatih-pelatih di Indonesia. Langkah pertama adalah memperbanyak dahulu guru alias pendidiknya, yang kita kenal sebagai coach educator,” ujar Ratu Tisha di Jakarta, Selasa (4/2/2025).

Ratu Tisha menambahkan bahwa hingga akhir 2025, PSSI berkomitmen untuk memproduksi 400 coach educator baru yang akan melatih dan mendidik kurikulum Filanesia serta menyelenggarakan kursus lisensi D untuk mencetak lebih banyak pelatih berkualitas.

Pelatih yang telah mendapatkan lisensi D PSSI nantinya bertugas di lapangan untuk melatih dan mengidentifikasi talenta muda sejak usia 6–12 tahun. Langkah ini diharapkan mampu memperkuat fondasi pengembangan sepak bola Indonesia dari akar rumput.

Kekhawatiran Komunitas Sepak Bola

Beberapa pelatih muda yang seharusnya mengikuti kursus mengaku kecewa dengan penghentian ini. Mereka menilai bahwa kesempatan untuk mendapatkan pembinaan langsung dari coach educator sangat penting bagi pengembangan kompetensi.

“Kalau program ini dihentikan, siapa yang akan membimbing kami? Padahal kami butuh bimbingan untuk memahami kurikulum Filanesia secara mendalam,” ujar seorang peserta yang enggan disebutkan namanya.

Harapan untuk Kelanjutan Program

Meski demikian, pihak PSSI belum memberikan penjelasan resmi terkait alasan penghentian kursus ini dan kapan program tersebut akan kembali dilanjutkan. Banyak pihak berharap PSSI dapat segera menemukan solusi agar program vital ini bisa kembali berjalan.

“Kami tetap optimis bahwa ini hanya penghentian sementara. Sepak bola Indonesia membutuhkan pelatih-pelatih berkualitas, dan kami yakin PSSI akan kembali melanjutkan kursus ini dalam waktu dekat,” tutup seorang pejabat sepak bola lokal.

Dengan tantangan besar yang dihadapi sepak bola Indonesia, kesinambungan program pelatihan pelatih menjadi elemen penting untuk menjaga momentum pengembangan talenta muda. Semua mata kini tertuju pada PSSI untuk memberikan solusi terbaik bagi masa depan sepak bola Tanah Air.